
Bandung, UPI
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., didampingi para Wakil Rektor serta pimpinan universitas, menyerahkan Surat Keputusan Pengangkatan Jabatan Akademik Profesor atau Guru Besar kepada Kepala Divisi Kemitraan dan Pengembangan Usaha BPPU UPI Dr. Uyu Wahyudin, M.Pd., di Gedung Partere Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Senin (4/9/2017).

“Universitas mengapresiasi atas keberhasilannya serta mengucapkan selamat atas keluarnya SK Guru Besar atas nama Dr. Uyu Wahyudin, M.Pd., ini merupakan sebuah upaya universitas untuk mewujudkan visi misi universitas. Dengan diserahkannya SK ini, diharapkan Pa Uyu dapat memberikan motivasi bagi calon guru besar lainnya,” ujar Rektor UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si.
Dijelaskannya, Dr. Uyu Wahyudin, M.Pd., diangkat dalam jabatan akademik atau fungsional dosen sebagai Profesor atau Guru Besar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Ditetapkan melalui SK Nomor 83124/A2.3/KP/2017, sebagai Profesor/Guru Besar dalam bidang Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
“Memperoleh Jabatan Akademik Profesor bukan hanya karena sistem tetapi didukung dengan ketahanan mental dari yang bersangkutan, dan dengan ketekunan serta kesabaran, akhirnya bisa tercapai. Ini merupakan suatu jabatan yang posisinya sangat tinggi di perguruan tinggi dan kuantitasnya masih sedikit. Dari segi jumlah masih sangat sedikit, artinya untuk memperolehnya sangat selektif. Dengan bertambahnya guru besar di UPI diharapkan dapat meningkatkan mutu layanan pendidikan,” harap Rektor.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UPI Prof. H. Fuad Abdul Hamied, M. A., Ph. D., menegaskan bahwa ini merupakan suatu momentum yang baik, dalam kesempatan ini Prof. Uyu memiliki tugas baru, yaitu meng-guru besar-kan rekan sejawat yang lain, disamping tugas utamanya yaitu mengembangkan keilmuannya. Ini merupakan proses pembelajaran dan pembimbingan bagi yang lain.

Lebih lanjut dikatakan,”Diharapkan, kepakaran yang dimiliki Prof. Uyu dapat lebih bermanfaat bagi departemen, fakultas serta UPI, karena ini menjadi salah satu kekuatan yang amat penting bagi perguruan tinggi. Diharapkan juga dapat membantu prodi-prodi lainnya, dan ini mungkin hal yang menjadi tugas kita bersama, ini bukan perkejaan mudah tapi saat ini lebih jelas aturannya untuk menjadi Guru Besar, jadi para kandidat bisa menghitung kemampuannya.”
Sementara itu Ketua Senat Akademik UPI yang diwakili oleh Sekretarisnya Dr. Nuryadi, M.Pd., mengungkapkan hal yang serupa, dikatakannya,”Sesuai dengan amanat dari Ketua Senat, bahwa apa yang telah dicapai oleh Prof. Uyu merupakan salah satu keberhasilan universitas dan menjadi kekayaan universitas. Senat Akademik akan selalu mendukung terkait ke-Guru Besar-an, dan diharapkan bisa membantu merealisasikan pencapaian target visi misi universitas. Kami haturkan selamat, dan atas nama Senat kami ikut bangga dan bahagia.”
Ditemui usai menerima SK, Prof. Dr. Uyu Wahyudin, M.Pd., mengungkapkan bahwa penerimaan SK ini merupakan hal yang sangat bermakna bagi diri pribadi, keluarga, departemen, fakultas hingga universitas, karena pencapaian ini merupakan sesuai yang jauh dari pikirannya saat itu, dimana dirinya terlahir dari kedua orang tua yang buta huruf. Guru besar baginya bermakna sebagai self evaluation atau introspeksi, lebih tabayyun, dan menelaah proses tercapainya.

Dikatakannya,”Alhamdullilah saya ditakdirkan bisa meraih Jabatan Akademik Profesor atau Guru Besar. Pencapaian ini memang berproses, dan saya siap melewati semua proses tersebut. Tidak henti-hentinya saya bersyukur pada Allah swt atas kelancarannya, dan atas kemampuan yang diberikan dalam mengumpulkan karya yang tidak mudah. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang telah mendorong dan memotivasi dalam menjalankan tugas ini dengan baik. Terima kasih juga saya ucapkan pada jurusan atau departemen yang mengusulkan dan telah menunjukan peer group baik di dalam maupun di luar UPI, seperti Prof. Dr. Yusnadi, MS., dari Universitas Negeri Medan (UNIMED) dan Prof. Dr. Supriyono, M Pd., dari Universitas Negeri Malang (UM), serta saya haturkan terima kasih kepada UPI yang sudah menunjuk tim validasi dari Biro Kepegawaian hingga Wakil Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya dan Administrasi Umum.
Lebih lanjut dijelaskan, dalam mengawali proses ke guru besar, saya hanya berupaya untuk menyiapkan karya dan fokus pada kajian disertasi dan literasi tentang bagaimana Pembelajaran Terhadap Orang Dewasa, Directed Activities Related to Text (DARTs) learning atau community learning, serta Lifelong Learning, yang pada saat tahun 2008 memang masih tinggi angka buta huruf, kemudian diperluas karena harus ada hal yang inovatif dalam pembelajaran yang didukung data empirik untuk menyajikan makalahnya sebagai position paper pada saat ekspose akhir.
“Literasi yang sekarang berkembang tidak hanya dimaknai pada Pembelajaran Terhadap Orang Dewasa yang buta huruf saja tapi pada orang-orang yang illiterate, contohnya orang-orang yang tidak bisa mengoperasikan komputer, buta teknologi, buta peraturan perundang-undangan, buta politik, buta ekonomi, nah itu artinya illiterate sekalipun terjadi pada sarjana namun tidak melek terhadap hal-hal tersebut. Populasinya banyak di orang dewasa,” jelasnya.
Ekperimen dilakukan pada keluarga dan masyarakat yang belum berhasil menempuh pendidikan formal, ungkapnya. Kita membantu orang-orang yang belum bisa baca tulis, kemudian berkembang ke literasi pemberantasan yang belum melek teknologi, hukum, politik, undang-undang, etika berpolitik dan sebagainya. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan sosialisasi pengenalan Pembelajaran Terhadap Orang Dewasa, dan bisa juga melalui kursus atau pelatihan oleh perguruan tinggi yang mengembangkan ilmu-ilmu terkait supaya bisa menjadi berdaya guna.
“Diharapkan, nantinya literasi dalam Pembelajaran Terhadap Orang Dewasa dapat berbasiskan kekinian atau up to date, untuk berbagai kepentingan baik dalam usaha maupun pendidikan, agar tidak tersesat, serta melakukan saringan teknologi agar tidak berdampak negatif, serta tidak menjadikan masalah yang berbau hal-hal negative,” harapnya.
Bagaimana caranya mengembangkan ilmu Pendidikan Luar Sekolah supaya tidak jalan di tempat, tanyanya. Kuncinya yaitu ikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan melakukan studi dan riset sehingga ilmu dan teori bisa berkolaborasi agar bisa dikaji terus menerus by the process, kemudian lakukan studi komparatif dan kemitraan kolaboratif baik di dalam maupun di luar, dengan demikian kita solid di dalam untuk menjalin kerja sama dengan luar.
Ditegaskannya,”Ilmu tidak tunggal, tapi terkait satu sama dengan yang lainnya sehingga punya daya tawar yang tinggi. Kembangkan ilmu tersebut dengan riset, lalu bandingkan. Riset harus berbasis data, tidak hanya asumsi, uj, buktikan, validasi, dan analisis, apakah nantinya bisa menjadi perdiksi?” (dodiangga)
Leave a Comment